Ada Apa Dengan Rahmat Alim...? Pembunuh Eno Itu Juara Kelas, Pendiam dan Pernah Mondok

Rentetan Kekejaman Pemerkosaan dan Pembunuhan Eno
Sok gaul tapi murahan, dengan rambut bergaya undercut belah samping dengan sisi kanan dan kirinya dibuat cepak. Matanya agak besar, wajah kekanak-kanakan--hanya tertutupi kumis tipis dan tanpa janggut.
Dia adalah RAL, bernama tulen Rahmat Alim, anak baru gede berusia 15 yang membunuh Eno Parihah (18) disertai pemerkosaan bersama dua manusia lainnya: Rahmat Arifin (23) dan Imam Harpiadi (23)--Kamis malam lalu (12/5/2016).
Eno adalah karyawati PT Polyta Global Mandiri, Pergudangan Dadap, Kosambi, Tangerang.
Di mata keluarganya Rahmat adalah anak rumahan. Untuk keluar malam saja, menurut pengakuan sang paman, MW (38), adalah hal yang jarang dilakukan Rahmat. "Naik motor saja tidak bisa," ujar MW di rumahnya, Desa Jati Mulya, Kosambi. Padahal motor ayahnya ada dua.
Rahmat juga selalu diantar jemput oleh ayahnya setiap pulang sekolah di sebuah Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tangerang. Ayahnya memantau pergerakan Rahmat--yang adalah anak sulung dari dua bersaudara.
Pamannya itu berkisah pernah suatu kali Rahmat menghilang, dan ayahnya, yang merupakan penjual sayur, langsung mencarinya dan mengajak pulang. "Kontrolnya ketat," kata MW.
Ini Hasil Rontgen Gagang Cangkul di Tubuh Eno Korban Pembunuhan Sadis
Ia menambahkan, pada Sabtu dan Minggu saja Rahmat selalu di rumah. "Pendiam anaknya, enggak banyak ngomong," kata dia.
Menurut sang bibi A, Rahmat adalah sosok biasa-biasa saja. Bukan tipe anak nongkrong yang banyak bergaul. Jika pun keluar rumah, dia hanya pergi ke warung miliknya--yang terletak persis bersebelahan dengan rumahnya, di dalam gang kecil.
"Paling beli es sama camilan saja sudah, lalu balik lagi ke rumah," kata A.
Dalam catatan polisi Rahmat cukup berprestasi di sekolah. Dia beberapa kali mendapat ranking satu. "Masuk lah dalam lima besar di sekolah," kata Kepala Unit V Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kompol Handik Zusen kepada detikcom, Rabu (19/5/2016).
Namun, menurut Handik, tersangka pernah dimasukan ke pesantren di Mauk, Tangerang, selama satu tahun setengah oleh orangtuanya karena bandel. "Tapi dia nggak betah di sana," kata MW.
Rahmat baru saja selesai Ujian Nasional (UN) sebelum membunuh Eno. Siang itu, Kamis (12/5/2016), sepulang sekolah, dia menghubungi Eno via pesan singkat seluler untuk menanyakan ada acara atau tidak.
Pesan singkatnya dibalas Eno, hingga akhirnya malam itu Eno mengundangnya masuk kamar asrama perempuan PT Polypta Global Mandiri, dan terjadi pembunuhan sadis dengan cangkul--yang ia lakukan bersama dua tersangka lainnya.
Kepada polisi Rahmat mengaku terpaksa membunuh lantaran tertekan. "Saya takut dan tertekan sama Imam dan Arif. Takut nanti kalau korban masih hidup, saya dilaporkan," ujarnya kepada polisi.
Tapi, dalam pandangan Krishna Murti, sosok Rahmat tak bisa dipercaya. Ia melihat keterangan Rahmat ada yang bohong. "Dia memang bukan otaknya (pembunuhan), tapi dia biang kerok," tutur Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya itu kepada Beritagar.id Kamis (19/5/2016).
RAL, Siswa SMP Pembunuh Sadis Eno Dikenal Berprestasi di Sekolah
Khrisna melihat Rahmat begitu tenang dalam memberi keterangan. Padahal yang dijelaskan adalah soal pembunuhan sadis. "Ini tergolong pembohong kelas kakap. Gelar lainnya untuk RA adalah playboy cap dodol," tuturnya.
Pihak keluarga juga merasa tertipu dan tidak menyangka dengan perilaku Rahmat. Kedua orangtuanya, menurut MW, masih terkejut. Bahkan belum berani pulang ke rumah karena khawatir dihujat warga.
Pada hari Eno dibunuh, Rahmat keluar rumah tanpa sepengetahuan orangtua maupun adiknya. Paman dan bibinya menduga keluarganya sudah tidur saat Rahmat keluar mengunjungi Eno.
Sumber :
https://beritagar.id/artikel/berita/rahmat-alim-pembunuh-eno-yang-pendiam-dan-irit-bicara

0 Response to "Ada Apa Dengan Rahmat Alim...? Pembunuh Eno Itu Juara Kelas, Pendiam dan Pernah Mondok"

Posting Komentar